Sabtu, 13 April 2013

Time Machine (Part 2) -- Rescue Andy

“Aishh..masih lama kah mereka, perutku sudah lapar” Keluhan datang dari bibir Sora yang sedari tadi berdiam diri. Sebentar-sebentar mengaca didampingi Paran sembari menunggu apa yang tidak pasti.
“Kelas musik dan desain sedang banyak jadwal hari ini, mereka sedang persiapan festival penyambutan guru baru disekolah kita. Ji Eun sibuk mendesain kostum untuk anak kelas musik termasuk Hyurin dari kelas vokal. Ninri akan tampil pertama  dalam bandnya. Sekolah kita mendatangkan native dari Amerika langsung, keren bukan? Jadi walaupun dalam keadaan istirahat seperti ini mereka enggan untuk menanggalkan kesibukannya” Penjelasan Nara makin membuat Sora menggerutu.
“Bukannya kelas tari juga ikut tampil, Sora-ya?” Pertanyaan  Paran muncul dari sela-sela penggerutuan sahabatnya. Nara yang asik dengan kamera dilehernya menjentikkan jarinya tepat dihadapan Sora. Membuat gadis berambut coklat itu berkedip kaget.
Dancer tidak akan menari disaat jam makan, kita butuh energi” Sora membela hak-hak kelas tarinya, “Sudah, kita pergi kekantin, kita tunggu disana” tambahnya untuk mengakhiri percakapan.
Meski mereka tampak bersama dan selalu kompak, nyatanya persoalan ability yang sering mengganggu kebersamaan mereka. Terbagi menjadi kelas yang berbeda dengan karakter yang berbeda. Jika itu membuat jarak mereka mulai terasa jauh mereka akan selalu mengingat bahwa suatu saat Venus akan menjadi planet paling bersinar diantara planet-planet yang lain meski mereka berbeda, meski tak ditempat yang sama karena Venus saling bergantung karena Venus saling terhubung J
Tiga gadis kelaparan keluar dari zona nyaman. Toilet. Kantin terasa jauh dengan kondisi perut yang kurang bersahabat, hawanya pun terasa makin menguap, tenggorokan makin terasa kering. Ada apa dengan udara Seoul hari ini batin Paran menuntut keadaan, masih menggoyang-goyangkan kipasnya. Menyusuri kelas-kelas yang tampak sepi, terlihat para murid laki-laki sedang asik bermain basket dilapangan membuat Sora gelagapan tergopoh-gopoh menata setiap inci rambut bergelombangnya. 
Beberapa laki-laki terkesima lantas bersiul saat ketiga gadis itu lewat. Posisi menentukan kencangnya siulan. Siapa yang depan dia yang menjadi pusatnya. Selalu Sora. Nara yang bukan tipe mementaskan diri didepan umat manusia hanya bisa berdecak dan memotret segala pose Sora, sesekali mengambil gambar Paran yang kegerahan. Paran terlalu banyak bergerak menyebabkan gambar Nara sering nge-blur, terkadang hanya terlihat potongan rambut Paran yang pendek menutupi seluruh layar. Ketika Sora dan antek-anteknya menghilang dari pandangan seketika itu siulan dan lambaian tangan berhenti.
“Nanti pas dikantin aku mau cerita soal…”
“Stop!”
Belum sempat Paran melontarkan katanya, hentakan si Sora mengunci mulut gadis pemalu itu.
“Kenapa aku harus bertemu para SHITwa-- ” nadanya naik satu oktaf “—disaat aku merasa bahagia setelah melihat para lelaki keren bermain basket” memicingkan kedua matanya.
Nara dan Paran sontak tertegun melihat ekspresi Sora yang lurus mengacu pada empat laki-laki tak jauh dari mereka berdiri. Bergerumbul tak jelas ditaman kecil, yang satu hanya duduk dengan mimik sedih yang lainnya berdiri membawa kaleng soda dengan tampang beringas. Salah satu target tatapan Sora adalah laki-laki yang memakai topi berlogo E dijidatnya.
“Ah..Andy oppa~” Mulut Paran membentuk huruf O, kipasnya lantas menutupi mulutnya dengan cepat. Pipinya bersemu merah jambu. Matanya beradu cepat dengan Nara yang kebingungan. Mereka tau kini emosi Sora sudah diubun-ubun. Tanpa perlu mendengar komentar apapun ia melangkah dengan cepat menuju gerombolan itu, yang lain hanya berusaha mengejar parasnya yang semampai.
“Andy-a, Kau tau berapa harga topi ini sebelum kau tumpahi dengan soda murahan ini,hah?”
Melempar kaleng kosong kearah Andy. Lagi-lagi Eric memulai acara bullying berjamaah dengan kawanannya, Junjin dan Minwoo.
“A-a-aku tidak sengaja hyung” Andy terbata-bata. Wajahnya yang sudah putih pucat semakin pucat seperti kehabisan darah. Matanya berkedip-kedip ketakutan. Tubuhnya hanya bertekuk lutut dihadapan Eric dan gerombolannya. Lontaran kata-kata kasar mulai terdengar.
“Melempar kaleng soda yang masih berisi seenaknya, kau pikir kau siapa? ” bengis Junjin. Andy tertunduk pasrah berharap adanya malaikat penolong yang membela ketidaksengajaannya mencari gara-gara hanya karena saat itu dia kesal sendiri.
“Pasti dia sengaja” Cibir Minwoo.
“Heh, Shitwa menyingkir dari hadapannya!” suara ancaman datang mendadak dibalik punggung bullyers. Semua menoleh kebelakang. Tampak seimbang jika mereka tiga lawan tiga tapi yang paling berani masih dipegang oleh leader masing-masing geng.
“Kau bilang apa tadi?” Seru Eric menampakkan wajah meremeh temeh.
“SHIT-WA” Sora mengeja perlahan kata plesetan Shinwa dengan sangat cool, kedua tangannya terlipat kedepan. Telinga Eric memanas atas ejaanya, Junjin dan Minwoo seketika maju selangkah. Ditahannya mereka dengan lengan panjang Eric. Eric berdeham, topi berlogo E-nya ia putar kebelakang. Sosok Eric the rapper mencuat dari dalam dirinya.
“Wae? Mau dengar versi aegyo-nya?” Senyuman tipis terpapar dari bibir Sora, wajahnya sudah tak semaskulin tadi dan kemudian “SHITWAA~~ppoing~~ppoing~~…” sosok imutnya muncul. Bermaksud merendahkan martabat Shinhwa.
Hyaaa!!…detik itu juga raut wajah Eric memerah  seutuhnya antara marah ataupun tergoda dengan akting licik gadis yang selama ini dianggap bermuka dua dihadapannya.  Merasa tertantang bercampur salting menguar, disahutnya kaleng soda milik Minwoo. Dibuka segelnya cklaak…lantas dituang diatas kepala Andy yang sedari tadi hanya termangu. Raut mukanya sangat mengolok. Semua ternganga. Nara enggan kehilangan momen itu, kameranya terangkat, menyergap gerakan Eric dengan lensanya. Dibantingnya kaleng itu dihadapan Venus. Eric mengangkat satu alisnya. Cengiran senyumnya membuat wajah Sora yang dari imut menjadi mengerut. Kondisi Andy sungguh memalukan.
“Aku tidak suka bullying!!” teriak Sora ganas. Menggema diseluruh taman. Disaat yang bersamaan, “Andy oppa~~” desahan Paran terdengar lagi. Kali ini lebih lembut dari sebelumnya. Seperti menggunakan perasaan.
“Ini akan menjadi berita utama (lagi) di mading besok” suara Nara terdengar lamat-lamat.
Tak membuang waktu juga Sora mulai menyahut kaleng soda milik Junjin dengan amarah. Dibuka segelnya. Membalas siraman yang sudah ia lakukan terhadap Andy kearah Eric sambil berkata “Ini! Minum sodanya!! Praak..” kaleng soda terlempar.
“Aissh…jinjja!!” Eric basah.
“Paran-na, bersihkan dia” menuding Andy yang kini lepek. Paran antara malu dan bingung, “Ah..i-iya”
“Kenapa selalu muncul dihadapanku?” laki-laki bertopi merah itu mulai mendekati Sora perlahan. Cecunguk yang lain mengikuti pemimpinnya dari belakang meninggalkan Andy dan Paran kecuali Nara yang berubah menjadi paparazi disetiap kejadian.
“Sudah kubilang, aku tidak suka bullying dan aku juga tidak berharap bertemu denganmu, terlalu merusak suasana” jawaban tegas Sora membuat Eric hanya menatapnya dalam kondisi soda yang menetes di hidung dan pipinya. Aroma cola masih segar tercium. Yang lain hanya meng-huwo-kan dialog Sora. Sama-sama jengkel, mereka berdua hanya saling mengintai. 1 detik terasa biasa…2…3….tiba-tiba terasa canggung satu sama lain. Ada letupan aneh dikeduanya….terlalu bias untuk didefinisikan. Rasa marah atau kah rasa lain.
Jangan sampai aku berjodoh dengan makhluk macam ini…..keduanya hanya berusaha mengancam hati masing-masing. Meneruskan ledakan demi ledakan kata-kata pedas yang saling bersahutan.
Dasar Playboy….!!!
Playgirl…!!!
Biang Kerok!!!
Penyakit!!!
*****
Sementara itu, dikubu yang lemah ada Parah dan Andy yang saling menyemangati. Paran hanya bisa mengeluarkan tissu basah dan tissu kering, bingung memakai yang mana. Karena tepat didepannya ada laki-laki yang mendegupkan jantungnya, menghentikan aliran darahnya, mematikan segala saraf otaknya waktu itu juga. Yang ada seluruh pembulu darahnya bocor dan mengalir kepusat paling memalukan. Wajahnya. Seperti kepiting rebus mungkin terlalu biasa untuk kata pemalu tapi kini Paran berubah menjadi seonggok anak autis yang hanya melontarkan kata-kata ‘eee’ dan ‘eee’ sambil mengipasi dirinya sendiri yang kegugupan. Putri malu itu bertemu pangerannya, memendam rasa sejak awal jumpa.
“Mi-mian…mereka keterlaluan” Paran tak kuasa menahan sipunya.
“Ee..tak apa, kau Kang Paran dari kelas dramakan? Aku sering melihat kelas drama latihan di aula. Aku sering melihatmu berakting menjadi peri penolong” Andy melempar senyuman manisnya kearah Paran yang kini menyodorkan kedua kotak tissunya. Wajah Andy sudah tidak sepucat tadi, malah terlihat sangat tampan saat ia sekedar mengulum senyum saat rautnya masih dipenuhi cola.
Ah..ottoke…dia tau aku siapa…aku si peri penolong. .>///< Paran mulai gemas dengan semua ini.
“A…aku juga sering bermain di kelas lukis. Andy oppa..eh maksudku kau sudah terkenal diOcean Art. Karyamu sempat dijadikan pameran di eeee….” Tangannya bergerak-gerak keatas dan kebawah begitu pula matanya yang tak habis-habisnya berkedip-kedip. Lucu. Laki-laki dihadapannya memiringkan kepalanya, tawanya makin lebar mengamati Paran yang makin tak terkendali.
Tiba-tiba Andy menyambar kipas pink digenggaman Paran yang kelimpungan. Untuk pertama kali ia berpisah dengan kipas pinknya dan untuk pertama kali kipasnya berada digenggaman laki-laki. Laki-laki yang disukainya memompa angin kearahnya. Bermaksud memadamkan pipinya yang merona malah semakin memperburuk keadaan Paran. Andy tetap menggoda dengan mengipasi gadis uncontrol dihadapannya.
“Kyopta” celetuk Andy perlahan.
“Paran-a sudah selesai main kipasnya?” goda Nara antusias, “hadap sini donk..1 2 3 cklik yuhuu…” teropong Nara masih suka memeriahkan keadaan. Sontak mereka berdua sama-sama malu. Paran meminta kipasnya kembali dengan sabetan cepat.
“Bagaimana keadaan Kim Sora dan lawan duelnya Eric Mun?” mendadak dialek Paran berubah formal karena gugup.
“Ah seperti biasa, tidak ada yang benar-benar menang ataupun kalah. Tapi aku sudah mengambil banyak gambar ditiap adegan cekcok mereka yuhuu..Pasti member yang lain suka. Aku menanti saat mereka benar-benar tidak sekedar adu mulut”Nara girang ditambah dengan kepala yang manggut-manggut menyetujui ide liarnya sendiri.
Sora kembali dari tanah konflik. Rasa lapar sudah tidak menjadi alasan untuk membasmi pembullyan. Masih terbelenggu rasa emosi, dia mendatangi sekumpulan kecil kubu pemalu. Gaya kedatangannya sama dengan Eric. Berkacak pinggang kedua alisnya bertautan. Tak peka terhadap kondisi kasmaran yang diderita sahabat pemalunya, dia hanya mengumbar kegengsiannya. Dengan sigap Andy bangkit dari keterpurukan. Saat di berdiri tingginya ternyata melebihi Sora yang kini kepalanya kembali meluangkan waktu untuk mendongak tapi tak terlalu keatas dari pada harus berhadapan dengan Eric tadi.
“Jangan salah paham atas kedatangan kami, aku hanya tak suka dengan pesta bullying atau semacamnya. Jadi..siapa namamu?”
“Andy”
“Ya. Jangan berusaha mencari masalah dengan mereka”
Andy hanya mengangguk-angguk diikuti Paran yang bingung harus berkomentar apa. Sora melenggang pergi tanpa percakapan lebih lanjut, memperbaiki moodnya yang bercucuran. Nara mengekor dibelakang. Ada gangguan aneh diotak gadis yang sedang over temper itu. Beberapa ucapan Eric seperti panah didagingnya tapi ada satu kalimat yang membuatnya sedikit melenceng dari kebiasaan. Eric Mun sial…
“Andy –a fighting!!” Paran dengan sangat genit, mungkin ini pertama kalinya dia segenit itu menyemangati pangeran kacaunya. Mereka berdua saling mengerling, saling menyunggingkan senyum seolah-olahh merekam kenangan manis semenit yang dirasakan. Benda bernama kipas sangat mencairkan suasana lalu—
“HYAA!!! Paran-a kau akan membelikanku ice cream jika dalam 5 detik tak kunjung menyusul” Sora benar-benar mengaum. Kaki kecil putri malu terpaksa berlari menghampiri sang ratu.
*****
Applouse paling meriah datang dari Ninri yang memegang foto bertema ‘Rescue Andy’ diputaran terakhir, “Masa awal dimana bumbu asmara menyeruak. Cerita makin seru. Ayo lanjutkan”.
“Kita adakan permainan. Anggap saja kartu, foto ini akan ku balik dan satu persatu harus memilih foto. Foto apapun yang kalian dapat, kalian harus menceritakan kisahnya. Setuju?” tawaran lucu meluncur dari si fotografer kepada member yang lain.
“Setuju” Tanggapan mereka serentak.
Kedua tangan Nara menggebrak meja bundar perlahan. Kelima wanita yang lain membantu Nara dengan meminggirkan gelas dan piring cakenya. Mulai dibalik semua foto lantas ia putar-putar seperti mengaduk segelas kopi. Ekspresinya misterius dia menunjuk seseorang. Jari-jarinya bergetar, matanya terpejam, mulutnya komat-kamit layaknya nenek sihir membaca mantra. Semua sangat berlebihan namun konyol.
“Aku memilihmu, wahai engkau si baju kuning sebersinar mentari, seceria pagi menyambut jagat raya. Choi Ninri!!”
Matanya menyipit, mulutnya terbuka ceria berakting manis manis. Diraupnya satu foto—
Here we go----

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar