Terkadang cinta sejatimu itu tinggal sejengkal, berjarak 1 meter dari
pandangan tapi kita tak mampu menangkap dengan mata telanjang.
Mata Hyurin menatap kosong
perkata didepannya. Membaca kalimat terakhir dari novel yang ia genggam. Rasa
kantuk menyerang, sudah dua jam ia mengganggurkan diri diperpus. Mengeluarkan
pikiran jenuh soal kematangan konsep open
house untuk besok. Perihal pameran Paper
craft.
“Seharian ini tidak bertemu para
Venus, pasti sibuk dengan urusan masing-masing padahal sudah siang begini. Ah
membosankan” cibir gadis itu ditengah kesendirian.
Nuansa perpus memang enak untuk
tidur. Sunyi. Kelembaban dari buku-buku tua hingga terbaru bercampur jadi satu.
Lelah membaca, diletakkannya buku merah jambu itu, diliriknya untaian kata
‘FATE’ disampul depan novelnya. Sambil mengerang ia berdiri lalu melenggang
pergi. Berharap acara besok lancar.
“HYAA!! Kenapa acara kita sampai jam empat
sore? Bukannya sudah sepakat sampai penutupan! Mau mati ya?” Sora sudah mengacung-acungkan
tangannya ke arah Hyesung, merampas kera bajunya. “..Sudah setengah mati kami
bekerja, kenapa kelas dance yang
harus dipotong jam pertunjukannya? ”.
“Tu..tunggu sebentar…” Berusaha
melepas tangan ganas Sora. “I..itu karena kelas kontemporer ingin menggunakan
sebagian taman” Bibir tipis ketua OSIS terkatup-katup.
Sorot mata Sora seketika menajam
lantaran mendengar kata kelas kontemporer. “Ini pasti kerjaan si kunyuk Eric.
Bilang padanya pertunjukan labirinku tidak diperuntukkan untuk kelas kon-tem-po-rer
dan tidak untuk didatangi oleh Erric-Mun, Lee Minnn-woo, Park Junnn-jin”
penekanan kata yang sangat faseh dan jelas. “.... Satu hal pertunjukanku
dimulai jam dua tepat dan berakhir pukul 8 malam titik” kemudian gadis temper
itu pergi.
Jantung Hyesung melorot begitu
saja. Hembusan nafas panjangnya pertanda buruk. Bibir tipisnya manyun. Suara
seru-seruan datang dari arah belakang. Tampang Hyesung mulai bergidik. Yang
disebut-sebut muncul beriringan dari belakang. Siap menerkam kegagalan pemuda
berponi klemis ini. Tiga pemuda penuh taktik mulai mengerumuni Hyesung. Salah
satu tangan memberatkan pundaknya. Berdecak nyaring.
“Ckck…kau ketua OSIS seharusnya
sikapmu harus lebih jantan” Ujar Junjin.
“Aku sudah berusaha. Sebenarnya
mau kalian apa? Menggagalkan pertunjukan akan dikenakan sanksi keras” Bantahnya.
Genggaman Junjin makin erat. Minwoo yang sibuk mengulum lolipop maju selangkah,
matanya melotot kearah Hyesung. Sebelum terjadi hal mengerikan, Pemuda yang
menjadi bosnya menengahi.
“Sudah, sudah kita lanjutkan plan
B”.
“Eric, kau sudah keseringan mencari
gara-gara bersama antek-antekmu. Sebenarnya ada masalah apa kau dengan kelompok
Sora?”.
“Tidak ada. Kami hanya mencari
kesibukan. Kami hanya penasaran apa yang ada didalam labirin”.
“Sungguh kekanak-kanakan. Atau
jangan-jangan niatmu adalah untuk merebut pengunjung kan? Apa lagi kelas
kon-tem-po-rer memilih jam malam yang hanya sejam dan itu untuk penutupan.
Mereka juga tidak mengizinkan kalian-kalian ini masuk kepertunjukannya ah
kasian sekali” Sindiran Hyesung membuat Eric naik darah. “Hyaaa!!”.
Sebelum adegan perampasan kera
Hyesung terjadi dua kali. Mendadak Minwoo memberi isyarat untuk menghentikan
ini semua. Segera sembunyi dan diam. Mereka berempat lenyap dibalik tembok
kelas. Memperhatikan Paran dan Hyurin yang lewat begitu saja, ekspresinya
terkesan serius.
“Sora, butuh bantuan. Akan ada
simulasi untuk sesi malam hari. Labirinnya akan dijadikan seperti film Step Up
Revolution” Suara nyaring Paran membuat empat orang yang sedang bersembunyi
hanya melirik waspada dan makin dilanda penasaran. Sekejab Hyesung mengerang,
dasinya yang rapi berubah menjadi tali anjing bagi Eric. Ia menariknya, “A..anii~~…..ash
jinjja”.
“Kau dengarkan apa yang lewat
barusan. Jadi kau harus masuk kedalamnya dan cari tau apa isi labirin itu.
Kalau perlu kau ambil satu barang yang bisa membuat Sora frustasi”.
Hyesung menelan ludahnya
perlahan.
Senja semakin dekat pertanda
kegelapan tiba. Jari-jari Sora berderak tak karuan. Sedikit-sedikit
mengetuk-ngetuk besi balkon kelas di lantai dua. Sambil lalu dia berteriak
kearah benda kotak hitam digenggamannya. Ketua pertunjukan kelas dance ini
memang sedang frustasi lantaran taman labirin ada sedikit perubahan konsep.
Labirin bertema couple sejak siang hari menjadi favorit anak-anak SMP. Acara
puncaknya dimalam hari. Bzzztt…bzzt…..
“Hyurin-a kau mendengarkanku
bukan? Simulasi akan dilakukan satu menit lagi. Suruh semua crew bersiap” menatap
taman labirinnya lekat-lekat dari lantai 2. “Jika ada kesalahan, akan ada
evaluasi ditempat. Ceritakan apa yang kau lihat selama didalam labirin. Aku
mengawasi dari lantai 2 laboratorium” perjelasnya.
“Ne..Arraseo”.
“Gomawo”.
Persiapan simulasi tinggal
beberapa detik begitu pula dengan rencana licik dari anak-anak pengangguran
karena event yang dibangun merupakan event yang tak pernah berubah dari tahun
ke tahun. Kelas desain yang terkenal akan acara fashion shownya, Kelas musik dan kontemporer selalu ditempatkan
pada urutan terakhir di acara penutupan open
house. Monoton. Persiapan mereka tak terlalu berbelit-belit justru
persiapan mengacaunya yang diutamakan. Sekarang menggandeng Dongwan sebagai
kambing hitam lainnya setelah Hyesung. Akal bulus Eric, Minwoo dan Junjin tak
pernah lelah untuk berhenti.
“Sekarang tugas kalian..” Mengacung-acungkan
walkie-talkie.“Masuk dan ceritakan apa saja yang ada didalam. Jangan lupa
potret semua kejadian yang ada juga” Eric menjelaskan dengan wajah
kekanakkanakan.
“Tanpa senter?” Hyesung berusaha
bernego. Karena tak sabar kaki Junjin tak segan untuk menyepak pantat pemuda
penakut itu. Mendorong mereka berdua dengan paksa melalui pintu keluar labirin
yang saat itu luput dari pengawasan.
Cuaca makin redup cahayanya, yang
terlihat hanya lampu-lampu hias yang menyala dibeberapa spot didalam labirin.
Start. Simulasi dimulai. Hyurin masuk dengan perasaan nervous begitu pula Hyesung dan Dongwan yang merasa terpaksa hanya
bisa mengggerutu dan was-was. Musik mengalun diawali nada rendah. Serba romantis.
Lorong-lorong bercorak hijau asli semak-semak membentuk tembok-tembok
berstruktur keras. Sora sibuk mengamati pos-pos yang sudah disiapkan untuk
permainan.
“Hyurin-a..bayangkan kau masuk
kedalam labirin bersama pasanganmu…”
“Tapi aku tidak bersama
pasanganku” Gadis penakut itu merengek.
“Kan sudah kubilang bayangkan
saja. Ada 3 pos yang harus kau kunjungi. Setiap pos ada benda-benda couple yang sebenarnya harus kau ambil
tapi karena ini simulasi jadi lewati saja” Tegas Sora. ”Sebagai bukti kau sudah
melewatinya nyalakan saja benda itu aku akan melihatnya dari atas sini”.
“Oke” .
Percakapan berakhir dengan bunyi Biip. Perjalanan kembali berlanjut,
peristiwa mulai terjadi. Tiap lorong yang dia lewati awalnya diam, ternyata ada
beberapa dancer yang memang menunggu
pengunjung. Bergerak-gerak menyamar sebagai rerumputan kemudian menari-nari
dihadapan Hyurin. Tak lama kembali lagi menjadi rumput, diam seperti patung.
Wajah Hyurin kaget lalu tersenyum. Kejutan-kejutan manis memang untuk yang
sedang kasmaran. Ah..menyebalkan.
Pos pertama berhasil Hyurin
lewati dengan santai. Lumayan tersesat pada pos kedua. Boneka monyet bertahtakan
mahkota mulai bersinar disusul lightstik berwarna pink 10 menit kemudian. Dari
atas balkon kepala Sora mulai mengangguk-angguk.
“Sora-ya, Labirinmu so sweet sekali benar-benar untuk yang COUPLE” Menekankan kata couple.
“Hhahaha….i know”.
Sementara itu, Hyesung dan
Dongwan sibuk menyelinap lalu terkaget-kaget sendiri ketika berhadapan dengan
semak-semak dan beberapa properti yang bergoyang kemudian berdansa dengan
sendirinya. Gerakan penari yang luwes dengan lampu-lampu lucu yang menghiasi
kostum mereka. Kelap kelip seperti bintang pada riasan make up mereka. Mengaburkan seluruh gelapnya labirin. Setiap sudut
ruang yang buntu diisi dengan hal-hal yang bercahaya. Panggung sederhana untuk
boneka-boneka yang bergerak dengan sendirinya. Tari-tarian yang berbeda
disetiap semak belukar yang mengejutkan. Menerobos dari satu gang ke gang lain.
Ada yang melompat-lompat. Siluet beribu-ribu warna abstrak. Tulisan graffiti
dari laser khusus. Ditambah bermacam-macam musik pelan dan keras. Meriah.
“Ini tempat apa?” leher Hyesung
bergidik.
“Inilah seni yang sebenarnya.
Lihat, ini untuk yang sedang berpasangan” Dongwan terkesima melihat hasil karya
kelas dance. Alih-alih mengagumi, tangannya juga gatal untuk memotret.
“Huwooo…benar-benar untuk yang
berpasangan tapi..”
Kedua mata mereka bertemu,
“Hiyyyy..!! Andwae…!!” Teriak mereka berdua.
“Jangan berfikiran macam-macam!”
Raung Dongwan.
“Bb…babo-ya!” Pipi gemuk Hyesung
memerah.
Sejenak dalam keheningan, Hyurin
mendengar desahan berisik yang tak wajar. Bzzztt….zzzt
“Sora-ya, aku mendengar ada yang aneh, suara
berisik. Apa itu termasuk kejutan lain?”
“Berisik seperti apa?” Mengamati.
“Teriakan. Suara kucing mungkin.
Disini terlalu gelap. Mungkin kau harus menambah lampu”
Mata sang ketua mulai menyapu
sudut-sudut labirinnya, ada beberapa lampu dari dancernya yang menyamar
menyala, “Aku melihat sesuatu di bagian belakang. Tidak semua crew mengerti
bahwa satu orang yang masuk untuk simulasi. Mungkin mereka melakukan simulasi
sendiri. Abaikan saja”
*****
Dua orang pengacau hampir sampai
ditengah-tengah labirin. Mulai menikmati perjalanan. Melihat-lihat pertunjukan
secara curang. Para crew didalam labirin juga tak terlalu memikirkan siapa yang
masuk. Perintah yang didengar adalah lakukan simulasi seolah-olah ada
pengunjung. Check lampu dan aksesoris malam dengan baik agar tidak terjadi
kesalahan. Tak salah jika mereka tidak tau ada penyusup seperti Dongwan dan
Hyesung. Karena point penting disini adalah seni Light Dance. Tatanan taman yang biasa dan tak beraturan disulap
menjadi labirin untuk sehari. Bzztt..zzzt…
“Check..check Tarzan menghubungi
Yuric! Tarzan menghub…” Percakapan absurd mulai terjadi.
“Wei?!” suara lantang dari Eric
mengejutkan Hyesung.
“Lapor, didalam labirin sangat
indah. Konsepnya adaptasi dari film Step Up. Daebak!! Bersiap lah untuk kalah…”
“Hyaa!!! Jangan banyak bicara!!”
“Aku melihat sesuatu, itu seperti
Hyurin. Kami berdua berada disemak-semak love
lampion”
“Apa maksudmu dengan love lampion, hah?” Eric tak sabar.
Kemudian suara berisik mengusik
telinga Eric. Biip… Mati. Dua pemuda
tadi berlari tak tentu arah. Bersembunyi.
“Dongwan-a sepertinya… ” tengok
Hyesung “Hyaa..Jinjja! Dongwan-a dimana kau? Aiish…” mimiknya memucat setelah
tau Dongwan tak ada disampingnya. Sementara Hyurin berjalan kearah tempat ia
bersembunyi sendirian. Dibalik meja lampion. Unlucky Hyesung.
Seketika itu juga pemuda yang
gugup antara takut ketahuan dan mengagumi dua lampion yang menyala-nyala
berbentuk cinta itu hanya membungkam mulutnya erat-erat. Mendengar apa yang
sedang terjadi.
“Soraya, kurasa aku sudah
menemukan pos ketiga. Lampion yang cantik” mendongak kearah Sora yang
jelas-jelas tak terlihat dari bawah sambil bicara pada walkie-talkienya.
Melambaikan tangannya girang tak berarah. Bzztt…
“Aku akan menang dengan ini
semua” Senyuman kecil menghiasi bibir Sora puas.
“Andai saja aku bisa masuk kemari
dengan seseorang yang aku suka. Aku pasti akan bahagia”
Hyesung masih sibuk menyimak
percakapan dalam diam. Terkadang tersenyum malu kemudian kembali ditutup lagi
mulutnya itu. Baru pertama ia menguping pembicaraan wanita. Ada rasa penasaran
dengan gadis ini. Dasar wanita…
“Bagaimana kau bisa memikirkan
ini semua?” tambahnya
“Aku dan teman-teman memang suka
mengkhayal dan bermitos yang tidak-tidak” Tawa keras menghujam telinga Hyurin.
“Maksudnya?” Alisnya mengkerut.
“Emm..jadi mitosnya…..”.
Jleb…belum sempat meneruskan
pembicaraan tiba-tiba senyum Sora kembali menciut kala kedua lampion cinta itu
meredup. Ditengah labirin benar-benar gelap gulita. Aku benci kegelapan teriak
Hyesung dari dalam hati. Hyesung sudah merasa kakinya kesemutan pula.
“Hyaaa! Eonnie, apa ini bagian
dari pertunjukan?” Hyurin kembali merengek.
“Tenanglah. Kau harus menyalakan
saklarnya. Lampion itu lampion bekas nenekku jadi maklumlah sudah tua” Sora
menahan tawanya berusaha berwibawa.
“Aiish..Jinjja”.
5 menit pertama, tangan gadis itu
berusaha untuk meraba-raba sekeliling lampion sembari mulut yang tak
henti-hentinya menggerutu. Makin dekat dengan pemuda yang sedang menahan
kakinya yang kesemutan. 10 menit berlalu, Kaki kramnya tak bisa ditahan,
berdirilah dia dalam gelap masih tak bersuara dengan wajah pucat menggigiti
bibir bagian bawahnya. Aku tak ingin
dikeluarkan dari sekolah hanya karena ini semua, Aku tak ingin kena pukul karena dianggap stalker, Dongwan sialan begitu
juga dengan Eric, Minwoo dan Junjin, pikiran Hyesung mulai meliar, tubuhnya
bergetar. Bersamaan dengan itu tombol saklar ditemukan. Cklak..cklak. Lampion berpijar lebih cerah lebih pink sedikit keemasan
dari yang pertama. Hyesung terhenyak.
Keceriaan Hyurin meledak “DAE…..”
“…Bak…” kemudian meluncur
seketika ketika dihadapannya muncul sosok laki-laki yang samar ia kenal. Cahaya
yang masih remang-remang meski lampion berpijar terang benerang mambawa nuansa
mistis untuk sekarang. Keduanya sama-sama mematung. Saling menatap mata
masing-masing. Tak ada gerakan tak ada interkasi. Ada rasa ‘aku mengenalnya
tapi entah dimana’. Walkie-talkie tergeletak ditanah. Sial bagi Hyesung,
kejutan juga bagi Hyurin.
“SETAAAAAAANNN!!!!!” Lonjakan
Hyurin membuat Hyesung shock.
“MIANHAE!” Ia meminta maaf kepada
orang yang telah lari terbirit-birit.
*****
Tak terima ledakan lagi mungkin
sekarang café Shinhwa kembali gempa ketika para venus menertawakan hal-hal yang
menyangkut masa lalu mereka. Pengunjung melihat mereka dengan pandangan yang
bermacam-macam; aneh, berisik, ikut tertawa hingga memalukan.
“Apa yang terjadi setelahnya?”
tanya Paran antusias.
“Kau taulah, apa yang membuat
kelas kontemporer didiskualifikasi? Kelas musik kehilangan nilai? begitu juga
kelasku itu semua perkara kestalkeran” sengit Jie Eun. “ Mahabodohnya mereka”
Kemudian tertawa.
“Jadi apa mitos sebenarnya yang
ingin kau ceritakan padaku waktu itu?” Menyeruput gelas kopi untuk yang
kesekian kali. Sora menerawang jauh, berusaha mengingat dengan menatap satu
persatu mata sahabat-sahabatnya yang masih nyaman dengan kursi kayunya.
“Kata nenekku, jika lampion itu
tiba-tiba mati kemudian kau menyalakannya lagi dan saat cahaya itu menyala kau
melihat ada seseorang didepanmu atau yang pertama kali kau lihat. Itu adalah
cinta sejatimu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar