Selasa, 11 Juni 2013

Time Machine (Part 5) -- Labyrinth Shock

Terkadang cinta sejatimu itu tinggal sejengkal, berjarak 1 meter dari pandangan tapi kita tak mampu menangkap dengan mata telanjang.
Mata Hyurin menatap kosong perkata didepannya. Membaca kalimat terakhir dari novel yang ia genggam. Rasa kantuk menyerang, sudah dua jam ia mengganggurkan diri diperpus. Mengeluarkan pikiran jenuh soal kematangan konsep open house untuk besok. Perihal pameran Paper craft.
“Seharian ini tidak bertemu para Venus, pasti sibuk dengan urusan masing-masing padahal sudah siang begini. Ah membosankan” cibir gadis itu ditengah kesendirian.
Nuansa perpus memang enak untuk tidur. Sunyi. Kelembaban dari buku-buku tua hingga terbaru bercampur jadi satu. Lelah membaca, diletakkannya buku merah jambu itu, diliriknya untaian kata ‘FATE’ disampul depan novelnya. Sambil mengerang ia berdiri lalu melenggang pergi. Berharap acara besok lancar.
 “HYAA!! Kenapa acara kita sampai jam empat sore? Bukannya sudah sepakat sampai penutupan! Mau mati ya?” Sora sudah mengacung-acungkan tangannya ke arah Hyesung, merampas kera bajunya. “..Sudah setengah mati kami bekerja, kenapa kelas dance yang harus dipotong jam pertunjukannya? ”.
“Tu..tunggu sebentar…” Berusaha melepas tangan ganas Sora. “I..itu karena kelas kontemporer ingin menggunakan sebagian taman” Bibir tipis ketua OSIS terkatup-katup.
Sorot mata Sora seketika menajam lantaran mendengar kata kelas kontemporer. “Ini pasti kerjaan si kunyuk Eric. Bilang padanya pertunjukan labirinku tidak diperuntukkan untuk kelas kon-tem-po-rer dan tidak untuk didatangi oleh Erric-Mun, Lee Minnn-woo, Park Junnn-jin” penekanan kata yang sangat faseh dan jelas. “.... Satu hal pertunjukanku dimulai jam dua tepat dan berakhir pukul 8 malam titik” kemudian gadis temper itu pergi.
Jantung Hyesung melorot begitu saja. Hembusan nafas panjangnya pertanda buruk. Bibir tipisnya manyun. Suara seru-seruan datang dari arah belakang. Tampang Hyesung mulai bergidik. Yang disebut-sebut muncul beriringan dari belakang. Siap menerkam kegagalan pemuda berponi klemis ini. Tiga pemuda penuh taktik mulai mengerumuni Hyesung. Salah satu tangan memberatkan pundaknya. Berdecak nyaring.
“Ckck…kau ketua OSIS seharusnya sikapmu harus lebih jantan” Ujar Junjin.
“Aku sudah berusaha. Sebenarnya mau kalian apa? Menggagalkan pertunjukan akan dikenakan sanksi keras” Bantahnya. Genggaman Junjin makin erat. Minwoo yang sibuk mengulum lolipop maju selangkah, matanya melotot kearah Hyesung. Sebelum terjadi hal mengerikan, Pemuda yang menjadi bosnya menengahi.
“Sudah, sudah kita lanjutkan plan B”.
“Eric, kau sudah keseringan mencari gara-gara bersama antek-antekmu. Sebenarnya ada masalah apa kau dengan kelompok Sora?”.
“Tidak ada. Kami hanya mencari kesibukan. Kami hanya penasaran apa yang ada didalam labirin”.
“Sungguh kekanak-kanakan. Atau jangan-jangan niatmu adalah untuk merebut pengunjung kan? Apa lagi kelas kon-tem-po-rer memilih jam malam yang hanya sejam dan itu untuk penutupan. Mereka juga tidak mengizinkan kalian-kalian ini masuk kepertunjukannya ah kasian sekali” Sindiran Hyesung membuat Eric naik darah. “Hyaaa!!”.
Sebelum adegan perampasan kera Hyesung terjadi dua kali. Mendadak Minwoo memberi isyarat untuk menghentikan ini semua. Segera sembunyi dan diam. Mereka berempat lenyap dibalik tembok kelas. Memperhatikan Paran dan Hyurin yang lewat begitu saja, ekspresinya terkesan serius.
“Sora, butuh bantuan. Akan ada simulasi untuk sesi malam hari. Labirinnya akan dijadikan seperti film Step Up Revolution” Suara nyaring Paran membuat empat orang yang sedang bersembunyi hanya melirik waspada dan makin dilanda penasaran. Sekejab Hyesung mengerang, dasinya yang rapi berubah menjadi tali anjing bagi Eric. Ia menariknya, “A..anii~~…..ash jinjja”.
“Kau dengarkan apa yang lewat barusan. Jadi kau harus masuk kedalamnya dan cari tau apa isi labirin itu. Kalau perlu kau ambil satu barang yang bisa membuat Sora frustasi”.
Hyesung menelan ludahnya perlahan.
Senja semakin dekat pertanda kegelapan tiba. Jari-jari Sora berderak tak karuan. Sedikit-sedikit mengetuk-ngetuk besi balkon kelas di lantai dua. Sambil lalu dia berteriak kearah benda kotak hitam digenggamannya. Ketua pertunjukan kelas dance ini memang sedang frustasi lantaran taman labirin ada sedikit perubahan konsep. Labirin bertema couple sejak siang hari menjadi favorit anak-anak SMP. Acara puncaknya dimalam hari. Bzzztt…bzzt…..

“Hyurin-a kau mendengarkanku bukan? Simulasi akan dilakukan satu menit lagi. Suruh semua crew bersiap” menatap taman labirinnya lekat-lekat dari lantai 2. “Jika ada kesalahan, akan ada evaluasi ditempat. Ceritakan apa yang kau lihat selama didalam labirin. Aku mengawasi dari lantai 2 laboratorium” perjelasnya.
“Ne..Arraseo”.
“Gomawo”.
Persiapan simulasi tinggal beberapa detik begitu pula dengan rencana licik dari anak-anak pengangguran karena event yang dibangun merupakan event yang tak pernah berubah dari tahun ke tahun. Kelas desain yang terkenal akan acara fashion shownya, Kelas musik dan kontemporer selalu ditempatkan pada urutan terakhir di acara penutupan open house. Monoton. Persiapan mereka tak terlalu berbelit-belit justru persiapan mengacaunya yang diutamakan. Sekarang menggandeng Dongwan sebagai kambing hitam lainnya setelah Hyesung. Akal bulus Eric, Minwoo dan Junjin tak pernah lelah untuk berhenti.
“Sekarang tugas kalian..” Mengacung-acungkan walkie-talkie.“Masuk dan ceritakan apa saja yang ada didalam. Jangan lupa potret semua kejadian yang ada juga” Eric menjelaskan dengan wajah kekanakkanakan.
“Tanpa senter?” Hyesung berusaha bernego. Karena tak sabar kaki Junjin tak segan untuk menyepak pantat pemuda penakut itu. Mendorong mereka berdua dengan paksa melalui pintu keluar labirin yang saat itu luput dari pengawasan.
Cuaca makin redup cahayanya, yang terlihat hanya lampu-lampu hias yang menyala dibeberapa spot didalam labirin. Start. Simulasi dimulai. Hyurin masuk dengan perasaan nervous begitu pula Hyesung dan Dongwan yang merasa terpaksa hanya bisa mengggerutu dan was-was. Musik mengalun diawali nada rendah. Serba romantis. Lorong-lorong bercorak hijau asli semak-semak membentuk tembok-tembok berstruktur keras. Sora sibuk mengamati pos-pos yang sudah disiapkan untuk permainan.
“Hyurin-a..bayangkan kau masuk kedalam labirin bersama pasanganmu…”
“Tapi aku tidak bersama pasanganku” Gadis penakut itu merengek.
“Kan sudah kubilang bayangkan saja. Ada 3 pos yang harus kau kunjungi. Setiap pos ada benda-benda couple yang sebenarnya harus kau ambil tapi karena ini simulasi jadi lewati saja” Tegas Sora. ”Sebagai bukti kau sudah melewatinya nyalakan saja benda itu aku akan melihatnya dari atas sini”.
“Oke” .
Percakapan berakhir dengan bunyi Biip. Perjalanan kembali berlanjut, peristiwa mulai terjadi. Tiap lorong yang dia lewati awalnya diam, ternyata ada beberapa dancer yang memang menunggu pengunjung. Bergerak-gerak menyamar sebagai rerumputan kemudian menari-nari dihadapan Hyurin. Tak lama kembali lagi menjadi rumput, diam seperti patung. Wajah Hyurin kaget lalu tersenyum. Kejutan-kejutan manis memang untuk yang sedang kasmaran. Ah..menyebalkan.
Pos pertama berhasil Hyurin lewati dengan santai. Lumayan tersesat pada pos kedua. Boneka monyet bertahtakan mahkota mulai bersinar disusul lightstik berwarna pink 10 menit kemudian. Dari atas balkon kepala Sora mulai mengangguk-angguk.
“Sora-ya, Labirinmu so sweet sekali benar-benar untuk yang COUPLE” Menekankan kata couple.
“Hhahaha….i know”.
Sementara itu, Hyesung dan Dongwan sibuk menyelinap lalu terkaget-kaget sendiri ketika berhadapan dengan semak-semak dan beberapa properti yang bergoyang kemudian berdansa dengan sendirinya. Gerakan penari yang luwes dengan lampu-lampu lucu yang menghiasi kostum mereka. Kelap kelip seperti bintang pada riasan make up mereka. Mengaburkan seluruh gelapnya labirin. Setiap sudut ruang yang buntu diisi dengan hal-hal yang bercahaya. Panggung sederhana untuk boneka-boneka yang bergerak dengan sendirinya. Tari-tarian yang berbeda disetiap semak belukar yang mengejutkan. Menerobos dari satu gang ke gang lain. Ada yang melompat-lompat. Siluet beribu-ribu warna abstrak. Tulisan graffiti dari laser khusus. Ditambah bermacam-macam musik pelan dan keras. Meriah.
“Ini tempat apa?” leher Hyesung bergidik.
“Inilah seni yang sebenarnya. Lihat, ini untuk yang sedang berpasangan” Dongwan terkesima melihat hasil karya kelas dance. Alih-alih mengagumi, tangannya juga gatal untuk memotret.
“Huwooo…benar-benar untuk yang berpasangan tapi..”
Kedua mata mereka bertemu, “Hiyyyy..!! Andwae…!!” Teriak mereka berdua.
“Jangan berfikiran macam-macam!” Raung Dongwan.
“Bb…babo-ya!” Pipi gemuk Hyesung memerah.
Sejenak dalam keheningan, Hyurin mendengar desahan berisik yang tak wajar. Bzzztt….zzzt
 “Sora-ya, aku mendengar ada yang aneh, suara berisik. Apa itu termasuk kejutan lain?”
“Berisik seperti apa?” Mengamati.
“Teriakan. Suara kucing mungkin. Disini terlalu gelap. Mungkin kau harus menambah lampu”
Mata sang ketua mulai menyapu sudut-sudut labirinnya, ada beberapa lampu dari dancernya yang menyamar menyala, “Aku melihat sesuatu di bagian belakang. Tidak semua crew mengerti bahwa satu orang yang masuk untuk simulasi. Mungkin mereka melakukan simulasi sendiri. Abaikan saja”
*****
Dua orang pengacau hampir sampai ditengah-tengah labirin. Mulai menikmati perjalanan. Melihat-lihat pertunjukan secara curang. Para crew didalam labirin juga tak terlalu memikirkan siapa yang masuk. Perintah yang didengar adalah lakukan simulasi seolah-olah ada pengunjung. Check lampu dan aksesoris malam dengan baik agar tidak terjadi kesalahan. Tak salah jika mereka tidak tau ada penyusup seperti Dongwan dan Hyesung. Karena point penting disini adalah seni Light Dance. Tatanan taman yang biasa dan tak beraturan disulap menjadi labirin untuk sehari. Bzztt..zzzt…

“Check..check Tarzan menghubungi Yuric! Tarzan menghub…” Percakapan absurd mulai terjadi.
“Wei?!” suara lantang dari Eric mengejutkan Hyesung.
“Lapor, didalam labirin sangat indah. Konsepnya adaptasi dari film Step Up. Daebak!! Bersiap lah untuk kalah…”
“Hyaa!!! Jangan banyak bicara!!”
“Aku melihat sesuatu, itu seperti Hyurin. Kami berdua berada disemak-semak love lampion
“Apa maksudmu dengan love lampion, hah?” Eric tak sabar.
Kemudian suara berisik mengusik telinga Eric. Biip… Mati. Dua pemuda tadi berlari tak tentu arah. Bersembunyi.
“Dongwan-a sepertinya… ” tengok Hyesung “Hyaa..Jinjja! Dongwan-a dimana kau? Aiish…” mimiknya memucat setelah tau Dongwan tak ada disampingnya. Sementara Hyurin berjalan kearah tempat ia bersembunyi sendirian. Dibalik meja lampion. Unlucky Hyesung.
Seketika itu juga pemuda yang gugup antara takut ketahuan dan mengagumi dua lampion yang menyala-nyala berbentuk cinta itu hanya membungkam mulutnya erat-erat. Mendengar apa yang sedang terjadi.
“Soraya, kurasa aku sudah menemukan pos ketiga. Lampion yang cantik” mendongak kearah Sora yang jelas-jelas tak terlihat dari bawah sambil bicara pada walkie-talkienya. Melambaikan tangannya girang tak berarah. Bzztt…
“Aku akan menang dengan ini semua” Senyuman kecil menghiasi bibir Sora puas.
“Andai saja aku bisa masuk kemari dengan seseorang yang aku suka. Aku pasti akan bahagia”
Hyesung masih sibuk menyimak percakapan dalam diam. Terkadang tersenyum malu kemudian kembali ditutup lagi mulutnya itu. Baru pertama ia menguping pembicaraan wanita. Ada rasa penasaran dengan gadis ini. Dasar wanita…
“Bagaimana kau bisa memikirkan ini semua?” tambahnya
“Aku dan teman-teman memang suka mengkhayal dan bermitos yang tidak-tidak” Tawa keras menghujam telinga Hyurin.
“Maksudnya?” Alisnya mengkerut.
“Emm..jadi mitosnya…..”.
Jleb…belum sempat meneruskan pembicaraan tiba-tiba senyum Sora kembali menciut kala kedua lampion cinta itu meredup. Ditengah labirin benar-benar gelap gulita. Aku benci kegelapan teriak Hyesung dari dalam hati. Hyesung sudah merasa kakinya kesemutan pula.
“Hyaaa! Eonnie, apa ini bagian dari pertunjukan?” Hyurin kembali merengek.
“Tenanglah. Kau harus menyalakan saklarnya. Lampion itu lampion bekas nenekku jadi maklumlah sudah tua” Sora menahan tawanya berusaha berwibawa.
“Aiish..Jinjja”.
5 menit pertama, tangan gadis itu berusaha untuk meraba-raba sekeliling lampion sembari mulut yang tak henti-hentinya menggerutu. Makin dekat dengan pemuda yang sedang menahan kakinya yang kesemutan. 10 menit berlalu, Kaki kramnya tak bisa ditahan, berdirilah dia dalam gelap masih tak bersuara dengan wajah pucat menggigiti bibir bagian bawahnya. Aku tak ingin dikeluarkan dari sekolah hanya karena ini semua, Aku tak ingin kena pukul karena dianggap stalker, Dongwan sialan begitu juga dengan Eric, Minwoo dan Junjin, pikiran Hyesung mulai meliar, tubuhnya bergetar. Bersamaan dengan itu tombol saklar ditemukan. Cklak..cklak. Lampion berpijar lebih cerah lebih pink sedikit keemasan dari yang pertama. Hyesung terhenyak.
Keceriaan Hyurin meledak “DAE…..”
“…Bak…” kemudian meluncur seketika ketika dihadapannya muncul sosok laki-laki yang samar ia kenal. Cahaya yang masih remang-remang meski lampion berpijar terang benerang mambawa nuansa mistis untuk sekarang. Keduanya sama-sama mematung. Saling menatap mata masing-masing. Tak ada gerakan tak ada interkasi. Ada rasa ‘aku mengenalnya tapi entah dimana’. Walkie-talkie tergeletak ditanah. Sial bagi Hyesung, kejutan juga bagi Hyurin.
“SETAAAAAAANNN!!!!!” Lonjakan Hyurin membuat Hyesung shock.
“MIANHAE!” Ia meminta maaf kepada orang yang telah lari terbirit-birit.
*****
Tak terima ledakan lagi mungkin sekarang café Shinhwa kembali gempa ketika para venus menertawakan hal-hal yang menyangkut masa lalu mereka. Pengunjung melihat mereka dengan pandangan yang bermacam-macam; aneh, berisik, ikut tertawa hingga memalukan.
“Apa yang terjadi setelahnya?” tanya Paran antusias.
“Kau taulah, apa yang membuat kelas kontemporer didiskualifikasi? Kelas musik kehilangan nilai? begitu juga kelasku itu semua perkara kestalkeran” sengit Jie Eun. “ Mahabodohnya mereka” Kemudian tertawa.
“Jadi apa mitos sebenarnya yang ingin kau ceritakan padaku waktu itu?” Menyeruput gelas kopi untuk yang kesekian kali. Sora menerawang jauh, berusaha mengingat dengan menatap satu persatu mata sahabat-sahabatnya yang masih nyaman dengan kursi kayunya.
“Kata nenekku, jika lampion itu tiba-tiba mati kemudian kau menyalakannya lagi dan saat cahaya itu menyala kau melihat ada seseorang didepanmu atau yang pertama kali kau lihat. Itu adalah cinta sejatimu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar